Gestur dagingnya lembut, padat, dengan rasa yang gurih, renyah, dan tidak berbau lumpur. Lauk ini sangat pas dinikmati dengan nasi yang masih hangat, sambal, dan aneka lalapan. Itulah lele sangkuriang yang terus mencuri perhatian pecinta kuliner.
Diperkenalkan ke masyarakat pada tahun 2004, lele sangkuriang merupakan produk murni dari Balai Besar Pengembangan Air Tawar. Sukabumi. Pengembangan lele sangkuriang terjadi karena adanya penurunan kualitas lele dumbo akibat maraknya kesalahan pembenihan. Akhirnya, dilakukanlah proses penyilangan lele dumbo dari generasi kedua dan generasi keenam. Sehingga lahirlah lele sangkuriang yang dikenal saat ini. Penamaannya sendiri merujuk pada nama sebuah legenda di tatar Sunda, Sangkuriang, yang berhasrat menikahi ibu kandungnya sendiri.
Di kalangan pelaku budi daya ikan, lele sangkuriang menjadi salah satu primadona karena memiliki beberapa keuntungan, di antaranya produksi sangat tinggi, kemampuan bertelur dan daya tetas juga tinggi, masa panen lebih cepat, lebih tahan terhadap penyakit, kualitas daging lebih unggul, teknik pemeliharaan lebih mudah, dan dapat dibudidayakan di lahan yang sempit.
Bagi Anda yang akan membudidayakan lele sangkuriang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Simak beberapa penjelasannya di bawah ini:
Kebutuhan Kolam
Seperti disebutkan di atas, salah satu keuntungan budi daya lele sangkuriang adalah tidak memerlukan lahan yang terlalu luas. Bagi pemula, kolam berukuran 5 x 2 meter sudah cukup untuk membesarkan 1.000 ekor benih lele sangkuriang. Kolam tersebut nantinya akan mampu menghasilkan lele sekitar 1―1,4 kuintal. Untuk menghemat biaya, sebaiknya dasar dan dinding kolam dilapisi terpal. Dengan teknik ini, produksi lele tetap tinggi. Bandingkan dengan kolam tanah yang sangat rawan dengan hama, atau kolam dari semen yang memakan biaya tinggi.
Persiapan Kolam
Setelah memilih kebutuhan kolam, setidaknya ada 4 hal yang harus dilakukan agar pembenihan berjalan baik. Berikut persiapannya.
Isi kolam dengan air bersih setinggi 50 cm. Air harus bebas dari bahan kimia dan limbah.
Gunakan kotoran kambing atau domba untuk melakukan pengomposan atau pemupukan dengan dosis 1,5 kg/m2. Kotoran tersebut dimasukkan ke dalam karung, diikat rapat, lalu letakkan di sekitar kolam. Bisa digantungkan pada bambu di sekitar kolam, atau bisa juga ditempatkan di pinggir kolam. Yang jelas, karung tersebut harus bisa mengambang di atas air. Hindari pembelian kotoran kambing yang dijual di tempat yang biasanya sudah tercampur bahan kimia.
Tuangkan probiotik (ramuan herbal) ke dalam kolam untuk menyeimbangkan pH dan suhu air, menguatkan daya tahan tubuh lele, menangkal penyakit, dan menetralkan air dari zat berbahaya. Dosis yang digunakan adalah 20 cc untuk kolam berukuran 10 m2 .
Angkat karung yang berisi kotoran kambing atau domba di hari ke-8. Celupkan beberapa kali ke dalam kolam sebelum benar-benar diangkat. Pupuk yang sudah diangkat dapat digunakan kembali untuk memupuk tanaman.
Pemilihan dan Penebaran Benih
Benih yang berkualitas akan menghasilkan lele yang berkualitas juga. Secara fisik, benih yang sehat memiliki tubuh yang proporsional, dalam arti ukuran tubuh dan kepala seimbang. Benih yang berkualitas juga dapat dilihat dari gerakannya yang aktif, gesit, dan tidak berdiam diri di dalam air. Waktu yang tepat untuk menebar benih adalah pagi atau sore hari untuk menghindari terik matahari.
Pemberian Pakan
Pemberian pakan juga sangat memengaruhi produksi lele. Pastikan jarak antara pemberian pakan, minimum 2―3 jam. Hindari kebiasaaan memberi pakan terlalu pagi sebelum matahari terbit. Setidaknya, sekitar pukul 09.00. Hal ini dilakukan agar kualitas air kolam bersih dari polusi karena terpapar sinar matahari terlebih dahulu sebelum akhirnya diberi pakan baru.
Penggunaan Air Kolam
Perlu diingat bahwa penggantian air kolam hanya dilakukan jika tercium bau amis pada kolam. Jika tidak, penggantian hanya dilakukan setelah panen tiba. Alasan untuk tidak mengganti air adalah untuk menjaga kualitas suhu dan pH agar tidak berubah. Bahkan ketika pemberian pakan jenis L1, air kolam sebaiknya ditambah, dari yang sebelumnya 50 cm saat pembenihan menjadi 70 cm. Kemudian ketinggian air ditambah lagi menjadi 90 cm begitu tiba masa pemberian pelet jenis PL3. Saat PL3 habis, tambahkan lag ketinggiannya menjadi 120 cm hingga masa panen tiba.
Itulah beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam memelihara lele sangkuriang. Perlu juga diketahui, Food Convertion Ratio (FCR) lele sangkuriang mencapai 0,8―1, sedangkan lele dumbo lebih besar dari itu. FCR merupakan perbandingan antara berat pakan yang diberikan dengan berat pertumbuhan daging ikan. Semakin kecil niilai FCR, semakin memiliki nilai ekonomis. Itulah alasan mengapa kini semakin banyak orang yang membudidayakan lele sangkuriang.