Sabtu, 28 November 2015

Tips Memanen Lele Sangkuriang

Pemanenan biasanya dianggap hal mudah, namun jika tidak dilakukan dengan benar dapat merugikan Anda sendiri karena kulit ikan dapat rusak dan bau amis masih menempel di tubuh ikan sehingga harga jual menjadi rendah. Untuk mengantisipasi hal tersebut, baiknya Anda pelajari dengan benar bagaimana cara pemanenan seperti berikut ini.
  • Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
  • Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.
  • Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
  • Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.
  • Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
  • Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.

Analisis Usaha Budidaya Lele Sangkuriang Di Kolam Terpal

Dalam dunia usaha, diperlukan observasi dan analisis usaha. Observasi dan analisis usaha dilakukan untuk mengetahui banyaknya biaya produksi yang akan kita perlukan. Dari jumlah biaya produksi tersebut, maka nantinya dapat kita takar dengan baik seberapa banyak keuntungan yang dapat kita peroleh dari usaha tersebut. Hal tersebut juga dapat menjadi pijakan bagi kita agar kerugian dalam sebuah usaha dapat diminimalisir bahkan ditiadakan.

Analisis usaha budidaya lele kolam terpal ini dibuat berdasarkan pengkajian mendalam dari beberapa kasus yang dialami oleh para pengusaha budidaya lele yang menggunakan kolam terpal. Analisis usaha ini akan dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah analisis usaha budidaya lele yang berskala kecil dan analisis usaha budidaya lele berskala sedang. Analisis usaha budidaya lele yang berskala kecil dan sedang ini dapat kita jadikan acuan untuk membuat analisis usaha budidaya lele dalam skala besar.

Analisis Usaha Budidaya Lele Skala Kecil
Biaya Investasi
Lahan (menggunakan pekarangan rumah sendiri)
Rp. 0,-
2 buah terpal ukuran 2 x 3            @Rp. 150.000,-
Rp. 300.000,-  
4 buah bambu ukuran 6 meter      @Rp. 15. 000,-
Rp.   60.000,-
Paku 1 kg
Rp.     8.000,-
Tukang (dapat dikerjakan sendiri)
Rp. 0,-
Jumlah
Rp. 368.000,-

Biaya Produksi
Bibit/ benih 1000 ekor                   @Rp.      300,-
Rp. 300.000,-
Pakan bulan pertama 5kg               @Rp. 10.000,-
Rp.   50.000,-
Pakan selanjutnya 1Bal                @Rp. 180.000,-
Rp. 180.000,-
Biaya obat/lain-lain
Rp.   50.000,-
Jumlah
Rp. 580.000,-

Jumlah modal awal 
Rp. 948.000,-
Diperkirakan panen 1 kolam 150 kg
Harga lele bulan Januari 2011

150 X 9.000         
Rp. 9.000/kg (harga bisa berubah sewaktu-waktu)
Rp. 1.350.000
Pemasukan/ panen       
Rp. 1.350.000
Keuntungan/ panen  
Rp. 1.350.000 - Rp. 948.000,-
= Rp. 402.000,-

Berdasarkan analisis di atas, pada panen pertama kita hanya memiliki keuntungan sebesar Rp.402.000,-. Keuntungan tersebut dapat dikatakan sedikit karena modal awal sebesar Rp. 948.000,-. Namun perlu diingat, bahwa keuntungan sebesar Rp. 402.000 itu hanya keuntungan awal.

Kalau kita melanjutkan usaha budidaya lele ini, maka usaha kita selanjutnya tersebut tidak terbebani biaya investasi sebesar Rp. 368.000,-. Artinya, biaya yang harus kita tanggung hanya biaya produksi sebesar Rp. 580.000,-. Jadi, total keuntungan pada panen kedua adalah Rp. 402.000,- + Rp. 368.000,- = Rp. 770.000,-. Dengan demikian, pada usaha kedua kita hanya butuh modal Rp. 580.000,- untuk biaya produksi dan mendapatkan keuntungan lebih dari 100% dari jumlah modal.

Meningkatkan Produksi Lele Sehat Secara Organik


Permintaan lele tidak pernah surut, bahkan cenderung semakin meningkat. Berdasarkan data, di Jabodetabek saja membutuhkan lele sekitar 150 ton per hari. Bisa dibayangkan, berapa banyak produksi lele yang harus disediakan oleh peternak lele. Sementara itu, peternak sendiri banyak mengalami kendala dalam mengembangkan peternakan lele.

Di antaranya ialah masalah harga pakan yang terus meningkat. Sedangkan ketergantungan terhadap pakan pabrikan masih tinggi. Ironisnya lagi, pakan pabrikan dengan harga mahal tidak menjamin keberhasilan budi daya. Misalnya, banyak lele yang sakit dan tingkat kematian yang tinggi. Selain itu, hasil panen juga sering dihargai “rendah” dan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan pembudidaya.

Hal inilah yang melatarbelakangi RGB Gunawan menciptakan sistem budi daya lele yang ekonomis, berkualitas, dan sehat, yaitu dengan sistem probiotik organik. Sistem ini menjadikan peternak mandiri dalam penyediaan pakan serta pengondisian air (water quality). Probiotik organik merupakan kumpulan mikroorganisme yang mendukung pertumbuhan dan kesehatan semua makhluk hidup yang dihasilkan dari bahan dasar alami, tanpa melibatkan unsur kimia. Dan, ini sangat besar sekali manfaatnya dalam penerapan budi daya lele.

Sistem probiotik organik memiliki keunggulan dibandingkan sistem konvensional. Pertama, lele mendapatkan asupan pakan alami, berkualitas, dan murah hingga hemat 60%. Kedua, kepadatan kolam lebih tinggi hingga 200 ekor/m³, sedangkan sistem konvensional hanya mencapai 150 ekor/m³. Ketiga, kualitas air tetap baik karena terjaga oleh mikroorganisme yang tumbuh secara berkesinambungan. Keempat, serangan penyakit menurun dan rendahnya kematian bibit hanya 2—3%. Padahal dalam sistem konvensional bisa mencapai 10—20%. Kelima, meningkatkan pertumbuhan lele secara optimal dengan kualitas yang baik dan sehat.

Bagaimana Memulai Usaha Budi Daya Lele Sangkuriang?

Gestur dagingnya lembut, padat, dengan rasa yang gurih, renyah, dan tidak berbau lumpur. Lauk ini sangat pas dinikmati dengan nasi yang masih hangat, sambal, dan aneka lalapan. Itulah lele sangkuriang yang terus mencuri perhatian pecinta kuliner.

Diperkenalkan ke masyarakat pada tahun 2004, lele sangkuriang merupakan produk murni dari Balai Besar Pengembangan Air Tawar. Sukabumi. Pengembangan lele sangkuriang terjadi karena adanya penurunan kualitas lele dumbo akibat maraknya kesalahan pembenihan. Akhirnya, dilakukanlah proses penyilangan lele dumbo dari generasi kedua dan generasi keenam. Sehingga lahirlah lele sangkuriang yang dikenal saat ini. Penamaannya sendiri merujuk pada nama sebuah legenda di tatar Sunda, Sangkuriang, yang berhasrat menikahi ibu kandungnya sendiri.

Di kalangan pelaku budi daya ikan, lele sangkuriang menjadi salah satu primadona karena memiliki beberapa keuntungan, di antaranya produksi sangat tinggi, kemampuan bertelur dan daya tetas juga tinggi, masa panen lebih cepat, lebih tahan terhadap penyakit, kualitas daging lebih unggul, teknik pemeliharaan lebih mudah, dan dapat dibudidayakan di lahan yang sempit.

Bagi Anda yang akan membudidayakan lele sangkuriang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Simak beberapa penjelasannya di bawah ini:

Kebutuhan Kolam
Seperti disebutkan di atas, salah satu keuntungan budi daya lele sangkuriang adalah tidak memerlukan lahan yang terlalu luas. Bagi pemula, kolam berukuran 5 x 2 meter sudah cukup untuk membesarkan 1.000 ekor benih lele sangkuriang. Kolam tersebut nantinya akan mampu menghasilkan lele sekitar 1―1,4 kuintal. Untuk menghemat biaya, sebaiknya dasar dan dinding kolam dilapisi terpal.  Dengan teknik ini, produksi lele tetap tinggi. Bandingkan dengan kolam tanah yang sangat rawan dengan hama, atau kolam dari semen yang memakan biaya tinggi.

Persiapan Kolam
Setelah memilih kebutuhan kolam, setidaknya ada 4 hal yang harus dilakukan agar pembenihan berjalan baik. Berikut persiapannya.

Isi kolam dengan air bersih setinggi 50 cm. Air harus bebas dari bahan kimia dan limbah.
Gunakan kotoran kambing atau domba untuk melakukan pengomposan atau pemupukan dengan dosis 1,5 kg/m2. Kotoran tersebut dimasukkan ke dalam karung, diikat rapat, lalu letakkan di sekitar kolam. Bisa digantungkan pada bambu di sekitar kolam, atau bisa juga ditempatkan di pinggir kolam. Yang jelas, karung tersebut harus bisa mengambang di atas air. Hindari pembelian kotoran kambing yang dijual di tempat yang biasanya sudah tercampur bahan kimia.

Tuangkan probiotik (ramuan herbal) ke dalam kolam untuk menyeimbangkan pH dan suhu air, menguatkan daya tahan tubuh lele, menangkal penyakit, dan menetralkan air dari zat berbahaya. Dosis yang digunakan adalah 20 cc untuk kolam berukuran 10 m2 .

Angkat karung yang berisi kotoran kambing atau domba di hari ke-8. Celupkan beberapa kali ke dalam kolam sebelum benar-benar diangkat. Pupuk yang sudah diangkat dapat digunakan kembali untuk memupuk tanaman.

Pemilihan dan Penebaran Benih
Benih yang berkualitas akan menghasilkan lele yang berkualitas juga. Secara fisik, benih yang sehat memiliki tubuh yang proporsional, dalam arti ukuran tubuh dan kepala seimbang. Benih yang berkualitas juga dapat dilihat dari gerakannya yang aktif, gesit, dan tidak berdiam diri di dalam air.  Waktu yang tepat untuk menebar benih adalah pagi atau sore hari untuk menghindari terik matahari.

Pemberian Pakan
Pemberian pakan juga sangat memengaruhi produksi lele. Pastikan jarak antara pemberian pakan, minimum 2―3 jam. Hindari kebiasaaan memberi pakan terlalu pagi sebelum matahari terbit. Setidaknya, sekitar pukul 09.00.  Hal ini dilakukan agar kualitas air kolam bersih dari polusi karena terpapar sinar matahari terlebih dahulu sebelum akhirnya diberi pakan baru.

Penggunaan Air Kolam
Perlu diingat bahwa penggantian air kolam hanya dilakukan jika tercium bau amis pada kolam. Jika tidak, penggantian hanya dilakukan setelah panen tiba. Alasan untuk tidak mengganti air adalah untuk menjaga kualitas suhu dan pH agar tidak berubah. Bahkan ketika pemberian pakan jenis L1, air kolam sebaiknya ditambah, dari yang sebelumnya 50 cm saat pembenihan menjadi 70 cm. Kemudian ketinggian air ditambah lagi menjadi 90 cm begitu tiba masa pemberian pelet jenis PL3. Saat PL3 habis, tambahkan lag ketinggiannya menjadi 120 cm hingga masa panen tiba.

Itulah beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam memelihara lele sangkuriang. Perlu juga diketahui, Food Convertion Ratio (FCR) lele sangkuriang mencapai 0,8―1, sedangkan lele dumbo lebih besar dari itu. FCR merupakan perbandingan antara berat pakan yang diberikan dengan berat pertumbuhan daging ikan. Semakin kecil niilai FCR, semakin memiliki nilai ekonomis. Itulah alasan mengapa kini semakin banyak orang yang membudidayakan lele sangkuriang.

10 Manfaat Budi Daya Lele Organik yang Wajib Diketahui


Perlu Anda ketahui bahwa tidak hanya sayuran dan buah saja yang bisa dikonsumsi secara organik. Ikan lele pun bisa dikonsumsi secara organik. Ikan lele organik diperoleh dengan menggunakan teknik budi daya yang ramah lingkungan dan dengan memanfaatkan mikroorganisme positif pada kolam budi daya dan siklus yang serupa dengan habitat asli ikan lele. Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari budi daya lele organik ini. Berikut adalah 10 manfaat budi daya lele organik yang wajib Anda ketahui. 

Hemat pakan
Dapat menghemat pakan sebanyak 50—70% dari awal tebar hingga masa panen.

Hemat biaya pemeliharaan
Dapat menekan dan menghemat biaya pemeliharaan sampai dengan 50%, terutama dalam biaya pembelian pakan pelet.

Menekan persentase kematian
Pada kolam lele organik terdapat banyak phytoplankton dengan komponen aktif mikroalga yang mempunyai aktivitas antimikroba dan antioksidan. Karena itu, berbagai kelebihan phytoplankton yang ada pada kolam lele mampu menekan berkembangnya penyakit yang tidak diinginkan.

Tidak banyak memerlukan penggantian air
Kehadiran phytoplankton di kolam lele organik, dapat mengubah unsur anorganik menjadi bahan organik dalam proses fotosintesis sehingga dapat meminimalisasi penggantian air kolam.

Bebas bahan kimia
Lebih menyehatkan dan ramah lingkungan, karena tidak menggunakan bahan anorganik.

Bebas bau
Keberadaan bakteri pengurai bahan organik dalam probiotik mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen dan meningkatkan kualitas air pada kolam.

Mudah dipraktikkan
Karena prinsipnya penerapan sistem budi daya lele organik dilakukan dengan mengandalkan mikroorganisme alami sehingga Agromate cukup memantau prosesnya saja.

Limbahnya dapat dimanfaatkan
Air bekas budi daya lele organik sangat baik untuk memupuk tanaman, baik untuk pembibitan tanaman hortikultura maupun tanaman keras.

Membantu peternak mendapat penghasilan tambahan
Lele organik membutuhkan kotoran sapi, kambing, atau ayam. Artinya, peternak sapi, kambing, atau ayam yang terdapat di sekitar tempat budi daya lele organik bisa memperoleh penghasilan tambahan.

Rasa daging lele menjadi lebih gurih
Karena mengonsumsi pakan alami, tekstur daging lele jauh lebih bagus dan rasanya pun lebih gurih.